Ketika suatu fluida mengalir pada sebuah pipa, maka dianggap
bahwa fluida mengalir pada dua plat sejajar. Kita dapat melihat bagaimana
fenomena kecepatan fluida tersebut ketika mengalir diantara dua plat sejajar
tersebut. Distribusi kecepatan aliran fluida ternyata tidaklah sama. Untuk
melihat fenomena aliran fluida tersebut,maka berikut akan dilakukan simulasi
CFD pada kasus berikut :
Dari gambar di atas,
terdapat dua plat yang sejajar dengan jarak H=0,2 m dan dengan panjang
L=1m, lalu dialirkan udara (laminar) dengan densitas rho=1,2 kg/m3.
Terdapat 2 Kasus
yang terdapat dalam contoh ini .Yaitu dengan
mengganti salah satu parameter :
1. Mengganti viskositas m = 4x10-5 kg/m.s dan m = 10-5 kg/m.s dengan menetapkan kecepatan
inlet u inlet = 0,01m/s
2. Mengganti kecepatan inlet u inlet = 0,01 m/s dan u inlet= 0,04 m/s dengan menetapkan viskositas m = 4x10-5 kg/m.s
Cari dan analisis dengan menggunakan CFDSOF untuk kedua kasus diatas
Berikut langkah-langkah untuk melakukan simulasi dengan menggunakan CFDSOF
1.
Masukkan parameter
awal yaitu panjang 1 m dan tinggi 0.1 m
dengan jumlah cell 50 x 30. Kemudian
lakukan perbedaan grid untuk daerah masuk fluida, dengan melakukan perbedaan
grid sehingga mengakibatkan terjadinya kerapatan atau rasio antar
cell menjadi kecil dan hal ini sangat berguna
untuk memudahkan kita melihat fenomena yang terjadi didaerah
tersebut. Pada kasus kali ini, grid yang terbentuk
akan dibedakan yaitu dengan memberikan faktor pemberat pada titik
mulai dan titik akhir pada saat proses modif segmen.
2.
Lakukan
pembagian segemen terhadap arah x dan y. Untuk daerah arah x dibagi atas 2
segmen dimana terdiri dari 28 dan 20 cell. Dan titik awal segmen 1 dengan titik sumbu x ( 0,0 ) ,titik awal segmen 2 dengan titik sumbu x ( 0.5,0 ) dan titik akhir
segmen 2 dengan titik sumbu x ( 1,0 ) . Sedangkan untuk daerah y dibagi atas 3
segmen dimana terdiri dari 10,8 dan 10 cell. Dan titik awal segmen 1 dengan
titik sumbu y ( 0,0 ), titik awal segmen 2 dengan titik sumbu y ( 0,0.025 ),
titik awal segmen 3 dengan titik sumbu y ( 0, 0.075 ) dan titik akhir segmen 3
dengan titik sumbu y ( 0, 0.1 )
3.
Pada cell yang telah
dibuat, diberikan inlet 1 dan inlet 2. Dengan inlet 1 diberikan kecepatan udara
dan inlet 2 diberikan tekanan 0 Pa.
4.
Masukkan nilai
konstanta fisikal berupa nilai density fluida= 1.2 dan viskositas fluida= 4 x
10-5 kg/m2. Masukkan nilai konstanta sempadan berupa
kecepatan fluida 0.01 m/s (untuk kasus 1)
5.
Iterasi sampai
nilainya konvergen dan lihat gambar kontur kecepatan serta plot X-Y
6.
Untuk kasus 2
ulangi langkah 4 dengan density dan kecepatan fluida tetap sedangkan yang di
ubah hanya viskositas 1 x 10-5 kg/m2. Iterasi sampai
nilainya konvergen dan lihat gambar kontur kecepatan serta plot X-Y
7.
Untuk kasus 3
ulangi langkah 3 dengan density tetap
dan kecepatan fluida 0.04 m/s dan viskositas 4 x 10-5 kg/m2.
Iterasi sampai nilainya konvergen dan lihat gambar kontur kecepatan serta plot
X-Y
Hasil Simulasi yang dihasilkan
Kasus 1 ku = 0.01 m/s dengan viskositas 4 x 10-5
Kasus 2 ku = 0.01 m/s dengan viskositas 1 x 10-5
Kasus 3 ku = 0.04 m/s dengan viskositas 4 x 10-5
Untuk Kasus 1 dan kasus 3 dengan parameter kecepatan fuida yang di variasikan dan viskositas absolut fluida dinamis yang dijaga tetap atau konstan. Makin besar kecepatan fluida yang diberikan maka bilangan Reynold yang dihasilkan akan semakin besar sehingga terbentuknya aliran turbulen semakin mudah sehingga untuk mencapai Fully Developed Flow akan semakin lama. Sebaliknya dengan semakin rendah kecepatan fluida maka bilangan Reynold yang dihasilkan semakin rendah sehingga mudahnya terbentuknya aliran laminar dan Fully Developed Flow semakin mudah dan entrance Regionnya semakin kecil.
Hasil Simulasi yang dihasilkan
Kasus 1 ku = 0.01 m/s dengan viskositas 4 x 10-5
Kasus 2 ku = 0.01 m/s dengan viskositas 1 x 10-5
Kasus 3 ku = 0.04 m/s dengan viskositas 4 x 10-5
Untuk kasus 1 dan kasus 2 dengan parameter kecepatan fluida
konstan/tetap dan di variasikan nilai dari viskositas absolut fluida
dinamis, maka dari persamaan rumus reynold dengan bertambahnya nilai
viskositas maka nilai bilangan reynold yang dihasilkan akan semakin
kecil. Dengan nilai dari bilangan Reynold yang semakin kecil maka
aliran yang terbentuk menjadi laminar. Semakin laminar suatu aliran
maka distribusi alirannya menjadi mudah seragam sehinggga etrance
regionnya menjadi kecil dan Fully developed flow cepat terbentuk. Nah
sebaliknya dengan rendahnya nilai viskositas maka bilangan reynold yang
dihasilkan akan semain besar. Yang mengakibatkan aliran menjadi
turbulen, dengan aliran yang turbulence mengakibatkan gerakan molekur
yang semakin acak sehingga untuk menjadi mengakibatkan entrance
regionnya semakin lama dan Fully developed flownya semakin lama.
Untuk Kasus 1 dan kasus 3 dengan parameter kecepatan fuida yang di variasikan dan viskositas absolut fluida dinamis yang dijaga tetap atau konstan. Makin besar kecepatan fluida yang diberikan maka bilangan Reynold yang dihasilkan akan semakin besar sehingga terbentuknya aliran turbulen semakin mudah sehingga untuk mencapai Fully Developed Flow akan semakin lama. Sebaliknya dengan semakin rendah kecepatan fluida maka bilangan Reynold yang dihasilkan semakin rendah sehingga mudahnya terbentuknya aliran laminar dan Fully Developed Flow semakin mudah dan entrance Regionnya semakin kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar